𝑻𝑨𝑷𝑻𝑬𝑵𝑮|𝑩𝒏𝒇.𝒏𝒆𝒘𝒔 – Di sebuah rumah sederhana di Lingkungan VIII Garingging, Kelurahan Lumut, Kecamatan Lumut, Kabupaten Tapanuli Tengah, duka menyelimuti keluarga Arman Ziliwu. Istri tercintanya, Eliawati (39), menghembuskan napas terakhir pada Jumat malam (27/6/2025) pukul 21.45 WIB, setelah empat tahun berjuang melawan penyakit yang melumpuhkan tubuh dan melemahkan penglihatannya.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji’un," lirih Arman dengan suara bergetar. Ia masih tampak terpukul ketika mengenang hari-hari terakhir istrinya. "Dia memilih dirawat di rumah… dia ingin dekat anak-anak," ucap Arman sembari menahan air mata.
Menurut penuturan Arman, kisah pilu ini bermula usai Eliawati menerima vaksin COVID-19 pada masa pandemi. Tak lama setelah itu, tubuhnya mulai menunjukkan gejala aneh—lemah, kemudian sulit bergerak, hingga akhirnya lumpuh total.
"Sakit istri saya berjalan hampir empat tahun. Setelah vaksin, kondisinya perlahan menurun. Kami tak pernah menyangka akan separah ini," kenang Arman saat diwawancarai oleh GarisPolisi.com, Senin (12/5/2025).
Eliawati sempat menjalani perawatan di RSUD Pandan, dan meski kondisinya sempat membaik, ia menolak dirujuk ke RS Adam Malik Medan. Keluarga tak bisa memaksanya, karena keputusan itu datang dari Eliawati sendiri. Ia memilih pulang, menghadapi sisa hidup di tengah keluarga.
Meski hidup dalam keterbatasan, Arman dan Eliawati tak pernah benar-benar sendiri. Derita yang mereka alami menggugah empati banyak pihak. Bantuan dan perhatian datang silih berganti.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Tapanuli Tengah, Zulkifli Simatupang, menjadi penggerak solidaritas dari para kepala desa se-kabupaten. Bantuan simbolis diserahkan oleh Adi Sofwan Harahap, Kepala Desa Aek Gambir, pada Selasa (10/6/2025) di kediaman Eliawati. Mereka datang tidak hanya membawa bantuan materi, tetapi juga harapan dan dukungan moral.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, turut menunjukkan kepeduliannya. Ia bahkan menyediakan makanan tambahan bagi keluarga pasien di rumah sakit, termasuk untuk Eliawati saat masih dirawat.
Anggota DPRD Tapteng, Joko Pratama Situmeang (Fraksi PDIP) dan Heni Sartika Simanjuntak (Fraksi Golkar), telah lebih dahulu menjenguk Eliawati di RSUD Pandan pada 16 Mei 2025. Mereka memberikan bantuan langsung serta menjanjikan dukungan dalam proses rujukan ke Medan—yang akhirnya urung dilakukan karena keputusan pribadi Eliawati.
Tak hanya pemerintah, insan pers juga turun tangan. Ketua DPC Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Sibolga-Tapteng, Yasiduhu Mendrofa, konsisten mengangkat kisah Eliawati ke ruang publik demi mengetuk hati para dermawan.
Kini, Arman harus melanjutkan hidup tanpa istri di sisinya. Ia adalah tulang punggung tunggal bagi empat anak mereka. Anak sulung baru saja lulus SMK, sementara anak kedua terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan biaya. Rumah mereka jauh dari kata layak, namun di dalamnya pernah tinggal cinta yang tak lekang dan ketabahan yang luar biasa.
"Terima kasih kepada semua pihak—Pak Bupati, DPRD, Polres, PLTU Sibolga, para Kepala Desa, wartawan, dan masyarakat yang telah membantu kami," ucap Arman. "Kami tidak bisa membalas apa-apa, tapi doa kami menyertai semua yang telah peduli."
Pemakaman Eliawati berlangsung sederhana namun penuh haru. Tangis keluarga dan kerabat menyertai kepergiannya, namun semua sepakat bahwa Eliawati telah beristirahat dari rasa sakit yang begitu panjang.
Semoga seluruh amal ibadah Eliawati diterima Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.
“Dia bukan hanya seorang istri dan ibu yang baik, tapi juga pejuang yang tangguh,” ujar Arman menutup kisahnya, dengan tatapan menerawang jauh.
(𝐴𝑡𝑢𝑙𝑒𝑒.𝑊𝑎𝑟𝑢𝑤𝑢)
0 Komentar